Pergerakan harga minyak belum berdampak pada permintaan jasa migas sejumlah emiten
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia di pasar global masih bergerak di level US$ 60 hingga US$ 70 per barel saat ini. Terlepas dari pergerakannya yang dinamis mengalami kenaikan dan penurunan, angka tersebut masih lebih tinggi dibanding posisi harga minyak di akhir tahun 2020 yang berkisar US$ 40-an per barel. Meski begitu, kecenderungan pergerakan harga minyak dunia yang menguat agaknya belum berdampak pada kinerja emiten jasa minyak dan gas (migas). Head of Corporate Communication PT Elnusa Tbk (ELSA) Wahyu Irfan menjelaskan, kenaikan permintaan jasa migas baru akan terungkit ketika ada peningkatan kegiatan eksplorasi pada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Sementara sejauh ini, ELSA belum mendapati adanya kenaikan permintaan atas proyek jasa hulu migas, jasa penunjang migas, atau barangkali jasa distribusi dan logistik energi perusahaan di tengah tren penguatan harga minyak yang ada.
“(Penguatan harga minyak) Tidak serta merta menaikkan permintaan jasa, harus menggerakkan kegiatan eksplorasi KKKS dahulu,” ujar Wahyu kepada Kontan.co.id, Jumat (19/3). Meski begitu, penguatan harga minyak yang ada direspon secara positif oleh ELSA. Wahyu berujar bahwa penguatan harga minyak dapat memicu gairah eksplorasi KKKS serta mempengaruhi aktivitas jasa migas. “Tahun 2021 kami memandangnya dengan penuh optimisme. Hal didasari beberapa peluang positif, yaitu target produksi minyak 1 juta barel/hari, serta kebutuhan konsumsi bbm nasional,” tambah Wahyu.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS), Sofwan Farisyi juga berujar bahwa RUIS belum melihat adanya kenaikan permintaan jasa penunjang pada proyek-proyek yang RUIS tangani. “Saat ini belum terlihat kenaikan permintaan atas proyek-proyek jasa penunjang yang RUIS tangani,” ujar Sofwan singkat kepada Kontan.co.id, Jumat (19/3). Baca Juga: Belum dapat mitra, Pertamina berpotensi masuk dan kelola Blok Rokan tanpa pendamping Menurut RUIS, kenaikan harga minyak yang terjadi belakangan hanya bersifat sementara. Di saat yang sama, faktor ketidakpastian baik di tingkat nasional maupun global dinilai masih akan membayangi para pelaku industri migas. Hal ini juga yang diduga menjadi penyebab di balik belum terlihatnya kenaikan permintaan jasa penunjang pada proyek-proyek yang RUIS tangani.
“Masih banyak faktor-faktor ketidakpastian tadi, contohnya yaitu terkait dengan dibukanya kembali beberapa blokade-blokade terhadap sumur-sumur di beberapa negara, dan juga adanya ketidakpastian mengenai efektivitas vaksin Covid-19 serta adanya varian Covid baru yang bisa mengakibatkan turunnya kembali kegiatan usaha,” terang Sofwan.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Petroleum Association (IPA), Marjolijn Wajong ketika dihubungi Kontan.co.id mengatakan, tren kenaikan harga minyak dalam waktu singkat tidak serta merta bakal mendorong KKKS untuk meningkatkan investasi dan aktivitas hulu migas. Marjolijn bilang, keputusan KKKS dalam melakukan investasi dan aktivitas di hulu migas dipengaruhi oleh banyak pertimbangan.
“Strategi company sudah pasti (jadi pertimbangan), company itu mau ke arah mana, kemudian kesempatan geologi mana yang bagus, di tempat mana yang geologinya menjanjikan, apa yang potensinya bagus, itu yang dia cek. Kemudian dia cek, gimana keadaan regulasinya, regulasinya stabil dan bisa dipegang tidak, kemudian uang yang tersedia bagaimana,” papar Marjolijn kepada Kontan.co.id, Senin (15/3).
Sementara itu, Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Susana Kurniasih mengatakan bahwa pergerakan harga minyak berpeluang meningkatkan investasi hulu migas. “SKK Migas sedang berkoordinasi dengan KKKS untuk mendiskusikan berapa kenaikan yang akan dilakukan,” kata Susana saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (19/3).
Jumat, 19 Maret 2021 / 19:54 WIB
https://industri.kontan.co.id/news/pergerakan-harga-minyak-belum-berdampak-padapermintaan-jasa-migas-sejumlah-emiten