Ekspedisi ke Lembata sebagai Impementasi Program CSER
Pulau Lembata memiliki berbagai ekosistem potensial yang dapat dijadikan penelitian dampak perubahan iklim, termasuk ekosistem hutan mangrove, padang seagrass dan terumbu karang yang tersebar hampir diseluruh area pesisir pulau. Ekosistem tersebut cukup memiliki peran penting sebagai penyerap karbon alami dan pelindung garis pantai dari erosi. Selain keanekaragaman hayati yang dimiliki, Pulau Lembata termasuk dalam wilayah Wallacea yang merupakan kawasan transisi bio-geografis antara Asia dan Australasia. Letak geografis Lembata yang strategis di Samudera Pasifik membuatnya menjadi titik pengamatan yang ideal di wilayah tropis. Data pengamatan ekosistem dari pulau ini dapat membantu riset dan program-program mitigasi perubahan iklim.
Untuk tujuan tersebut, PT Radiant Interinsco Utama Tbk ("RADIANT") memilih Pulau Lembata untuk dijadikan laboratorium riset dan observasi terkait perubahan iklim (Climate Laboratory) melalui program Corporate Social and Environment Responsibility (CSER): Climate Laboratory and Nurturing Community. “Pulau Lembata memiliki ekosistem alam dan posisi yang sangat strategis untuk mempelajari dampak perubahan iklim karena posisi Pulau Lembata termasuk dalam wilayah Wallacea, yang merupakan kawasan transisi bio-geografis antara Asia dan Australasia. Letak geografis Lembata yang strategis di Samudera Pasifik membuatnya menjadi titik pengamatan dampak perubahan iklim yang ideal di wilayah tropis,” demikian Taufik Adityawan, Head of Sustainability Department RADIANT menyampaikan dalam kegiatan penanaman Malapari yang dilakukan di area mangrove Desa Muruona pada hari Jumat, 20 September 2024, yang dihadiri dan disaksikan oleh Linus Lawe, Kepala UPTD KPH Lembata serta Arnoldus Pelira, Kepala Desa Muruona.
Pulau Lembata memiliki berbagai ekosistem potensial yang dapat dijadikan penelitian dampak perubahan iklim, termasuk ekosistem hutan mangrove, padang seagrass dan terumbu karang yang tersebar hampir diseluruh area pesisir pulau. Ekosistem tersebut cukup memiliki peran penting sebagai penyerap karbon alami dan pelindung garis pantai dari erosi. Selain keanekaragaman hayati yang dimiliki, Pulau Lembata termasuk dalam wilayah Wallacea yang merupakan kawasan transisi bio-geografis antara Asia dan Australasia. Letak geografis Lembata yang strategis di Samudera Pasifik membuatnya menjadi titik pengamatan yang ideal di wilayah tropis. Data pengamatan ekosistem dari pulau ini dapat membantu riset dan program-program mitigasi perubahan iklim.
Untuk tujuan tersebut, PT Radiant Interinsco Utama Tbk ("RADIANT") memilih Pulau Lembata untuk dijadikan laboratorium riset dan observasi terkait perubahan iklim (Climate Laboratory) melalui program Corporate Social and Environment Responsibility (CSER): Climate Laboratory and Nurturing Community. “Pulau Lembata memiliki ekosistem alam dan posisi yang sangat strategis untuk mempelajari dampak perubahan iklim karena posisi Pulau Lembata termasuk dalam wilayah Wallacea, yang merupakan kawasan transisi bio-geografis antara Asia dan Australasia. Letak geografis Lembata yang strategis di Samudera Pasifik membuatnya menjadi titik pengamatan dampak perubahan iklim yang ideal di wilayah tropis,” demikian Taufik Adityawan, Head of Sustainability Department RADIANT menyampaikan dalam kegiatan penanaman Malapari yang dilakukan di area mangrove Desa Muruona pada hari Jumat, 20 September 2024, yang dihadiri dan disaksikan oleh Linus Lawe, Kepala UPTD KPH Lembata serta Arnoldus Pelira, Kepala Desa Muruona.
Gambar 1. Penanaman Malapari oleh Bapak Taufik Adityawan, Head of Sustainability Department dan Bapak Drajat Ananto Wibowo, Head of Environmental Study Department RADIANT bersama Bapak Arnoldus Pelira, Kepala Desa Muruona
Hal ini juga sejalan dengan berbagai program pengembangan Malapari (pongamia pinnata) yang tengah dikembangkan oleh PT Lembata Hira Sejahtera ("BATARA") bekerjasama dengan Yayasan Anton Enga Tifaona dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Selain mendapatkan sumber benih dan bibit unggul Malapari Lembata, berbagai pola budidaya yang ramah lingkungan juga tengah dikembangkan bersama-sama dengan RADIANT.
"Manfaat tanaman Malapari yang merupakan tanaman lokal Lembata dan sudah cocok dengan iklim Lembata, perlu dikembangkan sebagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, sehingga tidak hanya mengurangi dampak pemanasan suhu tetapi juga dapat memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat Lembata," demikian ungkap Alexander Bala Tifaona, CEO BATARA yang mendampingi RADIANT dalam kegiatan riset Laboratorium Iklim yang tengah dilakukan di Lembata.
Gambar 2. Foto bersama Kepala UPTD Lembata, Kepala Desa Muruona bersama tim RADIANT dan BATARA
Serangkaian kegiatan riset lab Iklim ini dilakukan oleh RADIANT sejak tanggal 17 sampai dengan 23 September 2024 bersama-sama dengan BATARA, dimulai dengan menemui komunitas Sahabat Penyu Loang (SAYANG), komunitas budidaya rumput laut Riabao, masyarakat pengumpul kerang mutiara di Desa Waijarang, Lembaga Hutan Desa Imulolong dan juga berbagai kegiatan penanaman Malapari termasuk membagikan bibit Malapari kepada masyarakat di Pulau Lembata.
Dari kegiatan riset lab iklim di Pulau Lembata ini diharapkan dapat dilakukan berbagai program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang cocok dengan iklim dan budaya di Lembata, sehingga program tersebut dapat berkelanjutan (sustainable) dan menjadi model untuk diterapkan di berbagai lokasi di wilayah Indonesia.